Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah Azza Wajalla, atas segala nikmat yang telah dikaruniakannya kepada kita, nikmat Islam, nikmat sehat, nikmat teman-teman yang baik, dan lain sebagainya. Sholawat dan salam tercurah kepada tauladan kita, manusia terbaik sepanjang masa, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, kepada keluarga beliau, para sahabat beliau radhialllahu ‘anhum, serta umatnya dahulu, kini, dan nanti yang berusaha untuk tetap istiqomah dalam menjalankan syariat agamanya.
Lazim kita dengar saat ini, entah lingkungan disekitar kita, atau dari infotainment, seseorang yang sedang dekat dengan lawan jenis layaknya mereka yang sedang berpacaran dibahasakan dengan “ta’aruf”. “Kita ga pacaran ya say, hanya ta’aruf” atau “Kita ingin proses ini baik..makanya kita ngga pacaran, tapi ta’aruf” dll. Kalimat-kalimat mereka benar, tetapi tidak sesuai dengan kenyataannya. Istilah “ta’aruf” yang mereka maksud gejalanya sama dengan mereka yang berpacaran :). Mungkin juga karena mereka belum paham, ta’aruf seperti apa yang dimaksudkan oleh agama, tetapi boleh jadi juga karena salah memilih informasi/ pengetahuan tentang ta’aruf, sehingga informasi yang mereka dapat adalah informasi ta’aruf yang sesungguhnya telah terdistorsi. Mereka beranggapan ta’aruf tidak ada bedanya dengan pacaran, bagi mereka ta’aruf ya pacaran..pacaran ya ta’aruf, hanya beda istilah. Padahal pada kenyataannya, Pacaran dan Ta’aruf adalah dua hal yang sangat berbeda. Pacaran mewakili sebuah fenomena, sedangkan Ta’aruf adalah anjuran Qurani (ada didalam Al Quran dan Sunnah). Apakah sesungguhnya yang dimaksudkan dengan Ta’aruf(perkenalan yang syar’i) itu ?. Allah SWT berfirman : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.Al-Hujuraat: 13). Adalah fakta bahwa Allah SWT-lah yang telah menciptakan kita dengan beragam warna kulit, beragam bahasa, menjadikannya bersuku-suku, melebihkan daerah yang satu dari daerah yang lain, sehingga menjadi sunnatullah untuk masing-masing kita saling berkenalan. Ada banyak faktor kenapa orang harus berkenalan, mungkin ingin menambah teman, mempelajari budaya orang lain, bisnis, perdagangan, jodoh, dsbnya, selama perkenalan itu dimaksudkan untuk tujuan-tujuan dan cara-cara yang baik, maka perkenalan itu akan mendatangkan keberkahan Allah SWT. Tetapi yang paling penting yang hendak disampaikan oleh ayat ini adalah Allah SWT hendak mengingatkan kita agar selalu memiliki semangat taqwa ketika akan berkenalan dengan orang lain. Artinya, ta’aruf/ perkenalan apapun yang kita lakukan, akan terkait dengan anjuran dan batasan yang dimaksudkan oleh ayat diatas. Termasuk perkenalan yang kita lakukan untuk tujuan pernikahan/ ta’aruf pranikah.
Seringkali kita menemukan orang yang begitu mudahnya bertemu dengan pasangan mereka, melalui sebuah proses perkenalan yang bisa dibilang sangat singkat, tetapi pernikahan mereka penuh cinta, keberkahan, kasih sayang, dikaruniai anak-anak yang sholeh/ah dsbnya. Disisi yang lain kita melihat orang yang begitu sulit menemukan pasangannya, kemudian melakukan proses “perkenalan” yang sarat dengan perkara-perkara yang mendekati zina, setelah menikah pun, ternyata pernikahan mereka ternyata tidaklah bertahan lama, kalaupun bertahan, masing-masing anggota keluarganya merasa kering, tidak ada kasih sayang, tidak ada cinta, tidak ada tujuan-tujuan yang besar yang ingin dibangun dari sebuah keluarga muslim. Apa yang menjadi perbedaan kondisi pertama dan kondisi kedua?. Padahal permasalahan yang dihadapi oleh kondisi pertama dan kondisi kedua boleh jadi sama, tetapi pribadi2 pada kondisi pertama dapat menyelesaikan setiap persoalan itu dengan baik karena dilandasi oleh semangat taqwa, sama halnya ketika mereka memulai perkenalan itu. Sedangkan pada kondisi kedua, ketika muncul masalah, kecenderungan untuk menyalahkan pasangan begitu besar, karena memang selama ini, semua bentuk perhatian dan kasih sayang yang ditunjukkan selama masa perkenalan hanyalah kamuflase agar “cintanya” diterima. Masa-masa perkenalan yang pada awalnya bertujuan agar dapat mengenali karakter sang calon, berubah menjadi ajang “sharing” romantisme. Betapa banyak mereka yang pada awalnya memiliki niat untuk perkenalan yang baik, tetapi tidak/ kurang memiliki ilmu akan hal itu akhirnya jatuh kepada perkara yang bertentangan dengan agama.
Perkenalan-perkenalan untuk tujuan yang lebih spesifik seperti pernikahan, haruslah dengan sebuah pemahaman yang benar akan pernikahan itu sendiri, jika tidak ingin mengalami kesulitan. Seperti..Apa yang menjadi ukuran kesiapan kita untuk menikah? Kriteria apa yang termasuk kriteria yang dekat dengan perkara agama? Apa yang menjadi batasan-batasan dalam mengusahakan perkenalan yang syar’i? Apa yang sudah kita pahami tenang “pre and after” pernikahan? Apakah lingkungan kita, sahabat-sahabat kita sehari-hari dekat dengan nilai-nilai agama? jangan-jangan setelah kita “hitung-hitung” ternyata orang-orang yang ada dilingkungan kita selama ini kurang dekat dengan perkara-perkara agama. Sahabat-sahabat yang kita miliki lebih banyak yang mendiamkan kesalahan kita daripada meluruskan kesalahan kita. Atau sahabat-sahabat yang kita miliki lebih banyak mengajak kita kepada perkara-perkara yang “meragukan” serta dekat dengan maksiat daripada yang jelas dan bernilai ibadah. Atau sahabat-sahabat yang kita miliki lebih banyak yang kurang mengenal adab pergaulan didalam Islam, dll..ketidakpahaman kita dan lingkungan yang kurang baik dapat menjadi sebab bagi kita “kesulitan” untuk bertemu/ dipertemukan dengan calon yang baik. Al Imam Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat 13 dari surat Al Hujurat diatas : “….Ayat mulia dan hadits2 syarif (*) ini telah dijadikan dalil oleh beberapa ulama yang berpendapat bahwa kafaah (sederajat) didalam masalah nikah itu tidak dijadikan syarat(sederajat-dalam hal kecantikan/kegantengan, keturunan, harta/kekayaan-ed), dan tidak ada yang dipersyaratkan kecuali agama. Hal itu didasarkan pada firman Allah Ta’ala “..Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”. Sedangkan ulama lainnya mengambil dalil-dalil lain yang terdapat dalam buku-buku fiqih. Dan kami telah menyebutkannya sekilas mengenai hal itu dalam kitab Al Ahkam. Segala puji dan sanjungan hanya bagi Allah semata.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS Al Hujurat:13 Juz 26).
(*)Diantara Hadits2 Syarif (mulia) tersebut : 1. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda :”Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa kalian dan harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal perbuatan kalian” (HR Muslim, diriwaytkan juga oleh Ibnu Majah) 2. Dari Abdullah bin Amirah, suami Darrah binti Lahab, dari Darrah binti Lahab radhiallahu’anha, ia berkata :”Ada seorang laki2 yang berdiri menemui nabi SAW yang ketika itu beliau tengah berada diatas mimbar, lalu ia berkata :’ya Rasulullah, siapakah orang yang paling baik itu?’ Rasulullah SAW menjawab ‘Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik bacaan (Al Quran)nya, paling bertaqwa kepada Allah SWT, paling gigih menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, dan paling giat menyambung tali silaturahim’. (HR Ahmad) Didalam ayat yang lain, Allah SWT berjanji dalam firmanNya “Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk yang keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji, sedangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yang baik….” (QS.24:26). Jadi, sebagai seorang muslim/ah yang benar, seharusnya kita tidak perlu khawatir akan mendapatkan pendamping yang tak sekufu agamanya karena semuanya kembali kepada diri kita sendiri.Yang kesemuanya akan bermuara kepada betapa besar kadar keimanan dan keikhlasan kita kepada Allah SWT.
Terkait dengan memilih teman, Rasulullah SAW bersabda : “Seseorang akan mengikuti agama teman akrabnya, oleh sebab itu, hendaklah kalian memperhatikan siapa teman akrab kalian.” (H.R. Abu Daud). Memfilter teman karena agamanya hanya dapat kita lakukan, jika kita sendiri telah mengetahui batasan-batasan agama mengenai hal itu. Jadi perbanyaklah mengaji, belajar agama dari para ahlinya, agar semakin kenal kita dengan Islam, agar muncul kecintaan kita kepada Islam, agar selalu terjaga diri kita dari dosa-dosa kecil, dsbnya. Yang jika dengan dosa-dosa kecil saja, kita berhati-hati, apalagi dengan dosa-dosa yang jelas-jelas keji semacam zina. InsyaAllah akan mendekatlah orang-orang, sahabat-sahabat, yang juga berusaha untuk menjauhkan diri mereka dari dosa-dosa keji itu, terutama secara khusus terkait dengan usaha kita menjemput jodoh yang sudah dijanjikan Allah SWT, yakni laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik, begitu juga sebaliknya. Wallahu’alam. wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Ma'mun
Mar 11, 2009 @ 22:19:07
artikel yg mantap, salam kenal akhi, ana dari bekasi
ana shalihah
Mar 21, 2009 @ 11:15:22
bagus dan inovatif
rahmi
Apr 04, 2009 @ 19:27:30
Hendaknya artikel ini yang dibaca para remaja..
bagus…
doez
May 03, 2009 @ 08:42:09
thx bos artikelnya
moga bermanfaaat untuk semuanya “amin,..,,,,,,,,,”
zeen
May 10, 2009 @ 20:04:26
asalamualaikummmm salam kenal y q dari majalengka
Tyand
May 21, 2009 @ 23:47:23
AsSLm..wr.wb.. Salam kenal ya akhi.. Ana tyan.. Subhanallah artikelnya bagoez bangeet!! Seandainya smua pemuda muslim kita membaca artikel kyk ini,,insyALlah ga akan ada lg yg namaX pacaran ato kegiatan maksiat lainnya! Wallahu alam! Wsslm
rahmat
May 23, 2009 @ 09:04:14
menurut saya, ni gak obyektif, hanya mengambil sampel pacaran yang kurang bagus sedangkan yang ta’aruf diambil yang bagus, kalau dibaca2 ini gak rasional, gak semua pacaran itu berlangsung tidak bahagia, di indonesia ini orang hanya mengambil pemahaman agama secara parsial dan mengklaim itu kebenaran yang sejati. mohon ini jgn dihapus, biar imbang ada yang pro dan kontra, Wass,,
.......................
May 26, 2009 @ 05:14:03
kawan tolong aq, aku telah melampaui batas, aq ingin kembali kejalan yg selalu diridoi allah,pacaran telah membuat kehidupan ku kacau,kering, ga fokus,
cahmedan
May 27, 2009 @ 18:07:26
satu pertanyaan unik dari saya, hayoo… siapa yang bisa jawab? Simpel aja, BISA GK PUNYA PACAR TAPI GK PACARAN? he..he.. tapi pribadi saya sendiri sebagi seorang muslim tetap akan pacaran, ups tapi setelah menikah maksudnya! Pacaran di luar nikah = NO WAY!
subban
Jun 07, 2009 @ 20:14:54
satu pertanyaan unik dari saya, hayoo…siapa yang menemani suami atau istri yang besok menemaninya di surga istri atau suami yang pertama atau kedua dan seterusnya….??? atau semuanya..??? moga ini dapat menambah wawasan up date amiin
rosyida
Jun 09, 2009 @ 18:18:31
Lalu bagaimana batasan taaruf yg syar’i kalo taaruf sesuai dg agama dan bukan sama dg gaya pacaran zaman sekarang?
rengga
Jun 30, 2009 @ 21:42:39
subhannalah..saya baru tau,,
thank god..
thanks juga yang sudah menulis artikel ini
sungguh berguna sekali.
harris
Jul 21, 2009 @ 20:13:16
pada dasarnya dalam islam tidak ada nama pacaran….
pemiikiran orang /remaja sekarang terlalu kebablasan…
saya takut wanita-wanita sekarang mereka dengan mudahnya menjual harga dirinya dengan begitu murahnya, ih…ih…ih..
menyedihkan….
apalagi laki-laki dengan tidak menghargai wanita yang mana mereka melakukan sesuatu hal yang dalam etika masyarakat dianggap tabu demikian juga wanita, tapi hal ini sesuatu yang sangat amat biasa sekali….
ada yang berkata: laki-laki memberikan cintanya karena nafsu, wanita berikan cinta dengan cara mau apa yang diinginkan laki-laki”
sungguh irono dapati hal yng demikian ini, semua agama mengajarkan yang baik, tapi kadang penafsiran kita yang melenceng, aturan dibuat untuk kebaikan bukan untuk berbuat kerusakan, apalagi aturan yang berasal dari tuhan, mungkin kita seenaknya omong yang demikian hanyalah sepele, akan tetapi kita belum dapati sesuatu yang sangat merugikan diri kita, karena kita selalu terlena dengan kehidupan duniawi, kesadaran kita abaikan, semau gue, apa yang dinamakan dengan arif dan bijak?definisi arif dan bijak? kita tak tahu yang terjadi sepersekian detik yang akan datang, bisa saja kita mati sepersekian detik yang akan datang, kesadaran diri kadang tidak terasa, kita hanya dapat berangan-angan yang akan datang, tapi tuhanlah yang tentukan….
bukan diri kita tentang hidup dan mati, kita hanya berusaha, dan berdo’a……..
saya baru stagnan apa yang akan dibicarakan….
saya masih bodoh….
saya tak tahu apa yang tuhan rencanakan…
harris
Jul 21, 2009 @ 20:30:32
emang dari sisi kejiwaan kita masih dapt kebebasan dalam artian dari sisi pendewsaan, akan tetapi dikala kita sudah tua pasti dapat mengingat masa muda kita yang mana setelah kita sadar karena pendewasaan diri kita sendiri kita dapat atas apa yang telah kita lakukan dimasa lalu diwaktu muda yang mana hal yang demikian dimasa lalu adalah suatu kebidohan yang telah kita lakukan….
jadi kalau orang yang senang pacaran kita wajarkan saja, nama juga manusia tempatnya lupa dan salah/ kita difahamkan tuhan dengan cara akibat yang kita lakukan….
kebisaan manusiawi….
sebenarnya dapat kita akali ddengan cara sebelum bertindak kita gunakan akal saja sampai pada kepahaman apa yang akan kita lakukan, jika kita orng berakal, manusia itu sempurna….
tapi dapat juga tuhan menghina kita (manusia)”hewan lebih baik daripada manusia, banyak sekali ayat yang menerangkan demikian, tuhan tidak malu berkta demikian, padahal salah satu beda manusia dengan hewan pada “akal”, jadi penggunaan akalpun juga perlu, bukan untuk meng-akalkan, akan tetapi akal digunakan untuk memahami….
kalo ada salah tolong dikritik saya inginkan demikian jdi fastabikhul khoir tetap berlanjut(ini penting)
tapi jangan berbantah-bantahan, kita punya panutan, tuntunan, sebenarnya jika kita ikuti aturan enak, tapi masalahnya kita sendiri yang melawan aturan itu, demikian juga saya….(diri dan tuhanlah yang tahu)
no name
Jul 27, 2009 @ 13:29:50
subhanallah,smg artikel ni brmanfaat.
ana hy mw nambhin, mgkn byk remaja skrg yg memakai kedok dgn mngatakan pacaran yg islami. ana ga stuju it kcuali pasca prnikahan.
barakallah y akh!
sa'
Jul 27, 2009 @ 13:38:26
saudaraku smua jgn tkut tidak dpt jodoh dgn cara menceburkn diri ke dlm got pacaran. karena tiada yg lbh menepati janjiny kcuali Allah. jk di dunia engkau blm mnemukannya, smg bidadari d surga tlh manunggumu.
dede
Jul 31, 2009 @ 13:22:19
assalamualaykum warahmatullahi wabarakatuh..
cuma mau berbagi referensi………buat yang pengen tahu lebih banyak tentang pacaran setelah menikah bisa tuh dibaca bukunya nikmatnya pacaran setelah menikah , agar bidadari cemburu padamu, dan gue never die karya salim al fillah insyaAllah bisa buat nambah ilmu dan insyaAllah juga sesuai dengan sunnah dan Al Qur’an…..
dali gunawan
Aug 09, 2009 @ 22:39:57
makasi atas artikelny cz ini sangat membangun moral.
Icha anshory
Dec 13, 2009 @ 09:02:08
Assalamualaikum
saya Icha anshory dari taikmalaya ingin menanyakan kalau pacaran lewat facebook / sms itu boleh tidak ??
BASTIAN
Dec 16, 2009 @ 00:10:02
Ass.wr.wb
test,1,2,3 DIBACA PETING!
lanjutkan juragan ustat sedikit mau share aja saya disini, sejak saya umur 19 tahun saya belum pernah tidak berpacaran, saya pacaran 2 kali, 3 tahun saya putus, 3 tahun lagi saya putus,jadi total 6 th saya habiskan untuk berbuat dosa, tapi selalu saja ada yang membatalkan tujuan saya untuk menikah, ( semoga allah mengampuni dosa2 saya ,amin) memang ada banyak indahnya pacaran ^_^ ,tapi setelah saya timbang dan membaca artikel ini ternyata semua yang diatas itu benar kawan2ku,saudara2 muslimku, sekarang saya jomblo nih pak ustat, juga ga punya pekerjaan, rasanya langkah2 di dunia ini semakin menyulitkan saya, mungkin karena dosa2 saya,
saya menjadi orang yang sangat tergantung dengan wanita, saya menjadi orang yang lemah dan mudah putus asa, yang saya pikirkan hanya wanita, saya cuman ingin mengenal wanita, pacaran bla, bla bla….
harus jadi sempurna di mata wanita…
saya jadi lupa sama al quran, sama sholat 5 waktu yang khusuk…
lebih mentingin pacar dari pada segalanya
saya menyesal pak ustat….
sesal memang tak ada guna, paling tidak saya mengingatkan temen2 yang lain.
ini pengalaman saya pak ustat semoga …yang lain berfikir
kerugiaan dan keuntungan pacaran itu sendiri
salam MOSLEM.
wass .wr .wb
andini
Apr 12, 2010 @ 04:38:36
Cara menyampaikan kebenaran dgn mulut sering tak dituruti org,tapi dengan sikap saya rasa itu lebih baik.
fitri
May 25, 2010 @ 00:47:24
Subhanallah… Syukur alhamdulillah,sgala puji bgi Allah.. Dan trmaksih jg bwt artiklnya.Hri ni sya dpt ptunjk dri Allah skaligus jwbn atas do’a dan prtyaan” sya. Sya puya seorag pcr dan kami sudh 4bln brpcran tp,kmi bru skali btmu slama pcran.rsanya myedihkn krna kmi tdk bsa srig btmu dan saat ktmu pun cma sbntar.stiap kmi hndak ktmuan slalu ja da hlagnnya.lalu dlm hti sya brtaya ya Allah knpa Engkau tdk mijinkn kami btmu?? Mgkinkh Egkau tdk mridhoi hbgan kmi?? Skrg sya bru igt dan sdar tryta ni jwban doa sya utk di lindugi n di jauhkn dri hal” yg tdk dsnagi Allah. Trimaksih ats ilmunya.. Smoga sya bsa mgamlknnya dan bljr tuk snantiasa bsyukr ats smua yg di bri Allah.krna smua yg Allah brikn slalu da hikmahnya. Maaf jdi curht.. Smoga byk rmja muslim yg mw mmbca artikl ni. Dan insyaallah ni jdi ptunjk bwt sya. Trimaksih.. Assalamu ‘allaikm..
poi
Jul 24, 2010 @ 19:50:21
Tadinya dengan judul artikel “Ta’aruf Pranikah di dalam Al-Quran” saya berharap akan ditunjukkan ayat yg didalamnya menyebutkan “ta’aruf” dan membahas proses pranikah. Ternyata isinya satu ayat tentang istilah “ta’aruf” dan ayat lain yang membahas pasangan laki-laki dan perempuan, itu juga tidak menyebutkan tentang hubungan pranikah (ta’aruf?).
Lantas, apakah pantas artikel ini menggunakan judul “Ta’aruf Pranikah di dalam Al-Quran?”
Saya minta maaf kalau sekiranya kurang berkenan, karena saya benar-benar ingin tahu, apa benar “ta’aruf” dalam konteks proses pranikah itu ada panduannya dalam Al-Qur’an, ataukah hanya (penggunaan) istilah yang baru (inovasi).
admin :
Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Maaf Poi baru sempat membalas :). Ada sebagian orang yang menyangkal bahwa ta’aruf pranikah tidak disyariatkan didalam agama kita, mereka berdalih bahwa tidak ada satupun kata ta’aruf (khususnya ta’aruf pranikah) yang menjadi dalil ta’aruf pranikah. Sebagian lagi menduga2 apa itu ta’aruf pranikah, dan karena beliau adalah praktisi pacaran maka disimpulkanlah bahwa ta’aruf hanyalah masalah istilah bagi orang arab, yang kalau dibahasakan oleh orang indonesia adalah pacaran :), dsbnya.
Gini Poi.. :).. ta’aruf itu jika diartikan adalah perkenalan. Perkenalan itu meliputi perkenalan yang baik vs perkenalan yang buruk. Perkenalan yang baik itu merujuknya kita seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, para sahabat radhiallahu’anhum, para ulama dan orang2 shaleh/ah dari masa lalu dan masa sekarang, termasuk didalamnya perkenalan sebelum menikah, perkenalan dengan orang baru, perkenalan dalam komunitas yang baru, perkenalan ketika memasuki dunia kerja, dan perkenalan2 baik lainnya. Dan apa yang menjadi landasan Rasulullah SAW dan golongan orang2 yang sholeh ini adalah perintah Allah SWT yang termaktub didlaam ayat ke 13 dari surah Al Hujurat, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Bagaimana memahami ayat ini jika kita bukan ahli tafsir? yuk merujuk kepada ahlinya, salah satunya adalah Al Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan “..….Ayat mulia dan hadits2 syarif (*) ini telah dijadikan dalil oleh beberapa ulama yang berpendapat bahwa kafaah (sederajat) didalam masalah nikah itu tidak dijadikan syarat(sederajat-dalam hal kecantikan/kegantengan, keturunan, harta/kekayaan-ed), dan tidak ada yang dipersyaratkan kecuali agama. Hal itu didasarkan pada firman Allah Ta’ala “..Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”. Sedangkan ulama lainnya mengambil dalil-dalil lain yang terdapat dalam buku-buku fiqih. Dan kami telah menyebutkannya sekilas mengenai hal itu dalam kitab Al Ahkam. Segala puji dan sanjungan hanya bagi Allah semata.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS Al Hujurat:13 Juz 26). selebihnya silahkan membaca kembali tulisan diatas.
Betul bahwa ta’aruf pranikah tidak secara tekstual dikatakan didalam ayat ini, tentunya hal ini dimaksudkan agar ketika berbicara perkara ta’aruf yang baik(termasuk ta’aruf pranikah dan ta’aruf2 baik lainnya) menjadikan taqwa sebagai pijakannya, begitulah para ulama mengajarkan kita, Allahu’alam.
wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh
rusdi
Jan 20, 2011 @ 08:49:55
saya lebih sepakat sebelum menikah lakukan pacaran, kalau ta’aruf terlihat kaku (harus kasih biodata,dll) seperti mau ujian saja” padahal emosional dan kasih sayang terhadap pasangan akan lebih bermakna karena masing-masing mengetahui pasangannya lebih mendalam yang pada akhirnya akan menguatkan pernikahan yang sehat dan keluarga sakinah, mau dihalangi seperti apa juga” pasti “rasa” suka atau kagum dan cinta ada dalam hati tiap manusia, baik ustad, ikhwan, akhwat, ulama, bahkan preman, maling, pencuri.