Mencintai karena Allah..

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, Sholawat dan salam tercurah kepada junjungan kita Rasulullah , Muhammad Sholallahu’alayhi wassalam, keluarga beliau, para sahabat beliau, para ulama dimasa lalu dan masa sekarang yang berjalan dengan tuntunan beliau, dan seluruh kaum muslimin dimanapun berada, yang menjadi manusia-manusia akhir zaman, yang berhadapan dengan bermacam-macam ideologi “gila” dari segala penjuru, sekulerisme, pluralisme, liberalisme, materialisme, atheisme, dsbnya baik dalam rupanya yang “lembut” sampai kepada rupanya yang “kasar”, yang berusaha menjauhkan seorang muslim dari identitas yang sebenarnya. Alhamdulillah..kita masih ditakdirkan Allah Subhanahu wata’ala sebagai seorang muslim, dan semoga dimudahkan untuk melihat yang benar itu benar dan yang salah itu salah.

Agama Islam yang kita yakini adalah agama fitrah. Dien ini ada karena kehendak Allah Subhanahu wata’ala kecintaanNya kepada kita. Tidaklah Allah Subhanahuwata’ala mengabarkan sebuah larangan kecuali tersimpan dibaliknya keburukan-keburukan yang dapat merendahkan manusia, menyusahkan manusia, merusak manusia, bahkan menghancurkan manusia dan lingkungannya. Dan tidaklah Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan sesuatu kepada kita kecuali ianya untuk memuliakan manusia, memudahkan manusia, memperbaiki manusia, bahkan memberi manfaat yang sangat besar kepada manusia dan lingkungannya.

Allah Subhanahu wata’ala juga telah menurunkan seorang manusia yang sempurna, pengemban pertama dan utama risalah dinul Islam ini, figur nyata bagaimana mengimplementasi tuntunan Al Quran, tauladan yang tiada tandingannya, yang tidak berbicara kecuali dengan kejujuran dan kebaikan, dsbnya. Mencintai Allah Subhanahu wata’ala, berarti mencintai Rasulullah Sholallahu’alayhi wassalam, dan mencintai seseorang karena Allah, berarti menjaga kesesuaian cinta itu dengan tuntunan Allah Subhanahu wata’ala serta tuntunan Rasulullah Sholallahu’alayhi wassalam.

Berbicara tentang perasaan cinta, tidak ada yang berbeda antara mereka yang beriman dan mereka yang tidak beriman. Fitrah manusia untuk mencintai dan dicintai dikaruniakan Allah Subhanahu wata’ala bagi setiap manusia. Fitrah manusia untuk saling merindui, berkasih sayang, merasakan sentuhan, .. dsbnya juga adalah fitrah manusia yang telah Allah tetapkan dan mesti dipenuhi. Tetapi penyikapan dan pemenuhan fitrah tadi, seharusnyalah dalam koridor keimanan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala. Itulah kenapa ketika kita mengetahui bahwa Islam memberi batasan-batasan yang ketat dalam kaitannya dengan cinta pra nikah ini, kita berusaha untuk memenuhinya, karena inilah bentuk cinta Allah Subhanahu wata’ala yang sangat mengetahui tentang karakter ciptaanNya dari ciptaanNya itu sendiri.

Apakah sama keadaannya antara orang yang sekedar ‘mengakui’ adanya Tuhan dengan orang yang berkata “kami telah beriman” ? Tidak!, karena konsekuensi perkataan “kami telah beriman” itu akan mendatangkan ujian demi ujian yang jika seseorang itu sabar(menyelesaikan ujian tersebut dengan sikap yang terbaik dan pilihan2 positif serta ikhlash), maka ia akan beroleh nikmat yang berlipat-lipat dari Allah Subhanahu wata’ala. Lain halnya dengan orang yang sekedar ‘mengakui’ adanya Tuhan tetapi tidak beriman..beribu-ribu kalipun ia berbuat baik, tetapi perbuatan itu tidak akan ada nilainya disisi Allah.

Begitu juga dengan keadaannya dengan orang yang jatuh cinta, apakah sama keadaannya orang yang hanya mengatakan ‘aku cinta padamu’ tanpa ia menikahinya, dengan orang yang berkata ‘aku mencintaimu’ dengan pendahuluan ta’aruf yang syar’i dan disahkan dalam pernikahan? Tidak!Karena bagi 2 orang yang saling mencintai dan menjaganya hingga masuk ke dalam gerbang pernikahan, maka mulai dari pernyataan cintanya, berpegangan tangannya, saling menatapnya, dsbnya bernilai pahala dan menggugurkan dosa. Sedangkan pada kondisi yang pertama, hal itu justru akan menghilangkan malu(baca: tanda2 keimanan seseorang) diantara kedua insan lain jenis itu sedikit demi sedikit, silaki-laki akan memandang si gadis dengan berulang-ulang, si laki-laki akan mencari cara untuk memegang tangannya, dan seterusnya yang tidak lain semua itu adalah zina-zina kecil, penghulu terjadinya zina yang besar, na’udzubillah.

Katakanlah sekarang banyak yang berpacaran dibandingkan yang tidak, atau bahkan pelakonnya seorang kiayi sekalipun, atau seorang profesor sekalipun, dll, hal itu tidak menjadi ukuran bahwa pacaran itu kemudian menjadi benar. Karena kebenaran dan kemaksiatan itu diukur kesesuaiannya dengan tuntunan yang ada di dalam Al Quran dan Sunnah. Wallahu’alam.

wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

29 Comments (+add yours?)

  1. Tinisyifa
    Jul 20, 2008 @ 09:49:54

    Assalamu’alaikum warrahmatullah wabarakatuh,

    Hanya ingin bertanya,
    bagaimana kalo seandainya kita taaruf jarak jauh?, hanya di antara ikhwan dan akhwat yang tau , mungkin bisa di katakan tanda kutip “pacaran jarak jauh”, jika “pacaran ini di laksanakan dalam waktu lama, satu atau dua tahunan misal dan setelah siap baru akan melaksanakan pernikahan?

    adakah zinah yang telah di lakukan? apakah Islam melarang perwujudan cinta atau taaruf jarak jauh ini?
    tolong penjelasanya…..

    Jazakallah
    Wassalamu’alaikum

    admin:
    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    jazakillah khoir..

    Pastikan kembali tujuan ta’aruf itu untuk apa? Jika hanya sebatas teman dan hanya untuk berteman, jalinlah setiap komunikasi dengan si ikhwan atas sebuah manfaat yang jelas, tujuan yang jelas, dan bahasa yang jelas.

    Kalaulah pernikahan masih jauh diujung mana(blm jelas kapannya), sebaiknya batasi interaksi dengan si ikhwan. Interaksi yang intens meski itu dilakukan dengan jarak yang jauh, tetap saja akan membuaikan kita, apakah itu melalui kata-kata, ataupun angan-angan, sedangkan sebagian dari perkataan dan angan-angan itu pasti ada padanya zina mulut dan zina hati. Seberapa besar zina (meski kategorinya kecil) yang kita lakukan, wallahu’alam, tetapi tentu tidak kecil lagi, jika terus menerus kita lakukan, apalagi dalam jangka waktu yang lama. Dan semakin sering hal itu kita lakukan, semakin jauh kita dengan tujuan mulia yang hendak diraih. Harapan yang telah terlanjur dibawa tinggi, tiba-tiba dibuyarkan oleh kenyataan yang sebaliknya, pernikahan tidak terjadi, setelah ‘hubungan’ terjalin 1,2 atau lebih tahun. Pertama, waktu yang dihabiskan selama ini menjadi tak bernilai..kedua, ada banyak kerugian yang didapat..ketiga, frame kita tentang calon pasangan yang ‘ideal'(kalo dalam bahasa Islam..cari yang agamanya baik) telah terdistorsi sedemikian rupa akibat sakit hati(entah disadari atau tidak) yang kita alami, sehingga seringkali kita tidak siap dengan ‘kekurangan’ orang lain, dan cenderung menganggap bahwa dengan “pacaran” lah seseorang bisa lebih dikenali. Padahal tidak ada orang yang berpacaran yang akan menunjukkan kekurangannya seperti apa.

    Itulah mungkin, salah satu sebab kenapa mereka yang berpacaran itu sangat sulit untuk menyegerakan pernikahan, karena komunikasi yang mereka bangun adalah komunikasi pura-pura. Pura-pura menjadi manusia terbaik, pura-pura yang paling perhatian sama kita, pura-pura yang paling baik perkataannya(melalui puisi, rayuan, sms tausiah, tahajud’s miscall..hehehe), dsbnya. Sehingga ada keraguan(ntah disadari atau tidak) yang besar pada saat (terutama) si ikhwan ‘ditantang’ untuk segera menikahi si akhwat.

    Kalau memang jodoh, toh tidak akan lari kemana kan? Judul “Ketika cinta bertasbih” menurut saya memiliki filosofi, bahwa ketika cinta itu ‘dihunjamkan’ Allah SWT ke dalam hati insan yang merasakannya, maka dengan segera penyikapannya dijaga agar sesuai dengan tuntunan Allah SWT, bahasanya “cinta bertasbih”. Orang yang benar cintanya, tentu tidak akan melupakan Zat yang telah menganugrahkan cinta itu. Cara perkenalannya adalah cara yang ma’ruf, cara-cara yang jauh dari terjadinya khalwat(baik langsung maupun virtual/chating/sms mesra, telpon mesra dll), tidak berdua-duan, tidak mengumbar pandangan dan kata-kata, menyertakan muhrim, dan yang terpenting tujuannya adalah menyegerakan pernikahan.

    Jadi Islam bukan melarang/membatasi sebuah ta’aruf berdasarkan jauh dekat, tetapi lebih menekankan kepada tujuan dan cara yang ditempuh. Karena diterimanya sebuah amal, selain masalah niat, tentu saja kesesuaian cara harus menjadi pertimbangan yang utama, wallahu’alam.

    wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  2. Tinisyifa
    Aug 07, 2008 @ 12:24:18

    Subhanallah

    Syukran akh/ukh
    Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dunia akhirat, amin.

    admin:
    alhamdulillahirabbil’alamiin
    aamiin ya Allah..
    wa iyyakum
    wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  3. Quddus
    Aug 28, 2008 @ 13:07:18

    Assalamu’alaikum,
    jazakillah khair . .
    tulisanny alhamdulillah mengajarkan sesuatu pada saya,

    saya ingin nanya, gmn agar menjaga kesucian cinta kita pada orang yg kita cintai?
    jujur, saya mencintai seorang akhwat, namun saya dan dia tidak menjalin hubungan apa2, saya juga tidak menyatakan perasaan saya padanya, walaupun sebenarnya saya ingin, namun . . saya takut, takut malah menjerumuskan si akhwat dan saya, karena tidak bisa lagi menjaga fitrah dari Allah,

    mohon penjelasannya . .

    Jazakillah khair . .

    admin :
    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    alhamdulillah.. semoga tetap istiqomah..

    Sejatinya perasaan cinta itu sendiri adalah fitrah. Dan perasaan cinta diawal itu laksana bibit sebuah bunga. Bibit itu akan tumbuh dan berkembang jika ia terus-menerus kita sirami. Tetapi bibit itu membutuhkan sebuah legitimasi yang bernama “ijab qabul” agar ia tumbuh dengan indah dan sempurna, jika itu tidak dilakukan, maka tumbuhan cinta itu akan berbarengan dengan tumbuhnya berbagai macam rumput liar, dan ‘hama’ yang menyertai, yang setiap saat mengincar “keindahan” bunga cinta itu, merusaknya, mengurangi nilai keindahannya, dan bahkan dapat menjadikannya mati.

    Kembalikanlah perasaan cinta itu dalam penjagaan Allah SWT. Adukanlah kepada Allah SWT, dan jauhkan pikiran kita dari khayalan-khayalan mengenai si dia, hal ini berguna untuk menetralkan gejolak hati kita. Sehingga dengan itu, antum dapat melihat dan menimbang segala hal secara objektif tanpa terintervensi oleh nafsu semata. Disamping itu juga untuk menghindarkan diri kita dari harapan yang tinggi terhadap si akhwat. Jika kesiapan dan kemampuan menikah sudah ada, usahakanlah proses menuju “katakan cinta” itu dengan proses yang syar’i. Mungkin bisa dengan menjajaki melalui teman si akhwat, apakah si akhwat sudah siap untuk “proses”, ataukah justru sedang berproses dsbnya?. Jika belum siap atau memiliki kemampuan, teruslah memperbaiki diri, dan berpuasalah.

    Jadi..nyatakanlah cinta itu diwaktu yang tepat dan dimoment yang tepat. wallahu’alam

    wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

    Reply

  4. febee...^
    Sep 18, 2008 @ 15:41:35

    wew..
    saiia mmg bkn trmsug
    org2 yg sgd briman,
    krn org yg briman.. hny
    ALLAH swt yg twu,
    ..
    setau saiia,
    qta trlhir dr kakek n ne2k moyang
    qta, yaituu..
    nabi Adam n Hawa..
    dan qta tdak trlhir
    dg sihir ato “bimsalabim”..
    tpii, dg cinta..
    dan cinta itu, krn sbwah proses hubungan ssorg..
    dan pcran yg
    indah.. adlah, sbwah proses utk mghdirkan
    cinta yg indah..

    admin:
    puasa ngga? kalo puasa insyaAllah termasuk orang2 beriman.. :). Cuma memang tingkatan iman itu berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain, dan siapa yang paling baik keimanannya diantara kita, hanya Allah SWT yang tahu :).

    mmm.. terus terang saya agak bingung dengan maksud yang hendak disampaikan, tapi kira2 jawaban saya begini: Nabiyullah Adam AS dan Ibunda Hawa tentu tidak lahir dengan “sihir” ato “sim salabim” (meminjam istilah anda), tetapi diciptakan oleh Allah SWT, Rabb Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang kemudian menganugrahkan cinta kepada kedua insan itu, hingga lahirlah anak keturunannya sampai saat ini. Artinya cinta itu tidak datang dengan sendirinya juga layaknya “sihir” ato “sim salabim” tadi, tetapi ada yang menganugrahkannya, yakni Allah SWT, dan seyogianyalah perasaan cinta itu disikapi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT, dan penyikapan itu tentunya bukanlah dalam bentuk berpacaran, tetapi dengan pernikahan, sebagai bentuk ketaatan dan rasa syukur kita terhadap anugrah dan nikmat yang telah Allah SWT berikan. wallahu’alam

    wassalamu’alaykum warahmatullah

    Reply

  5. Laila
    Sep 19, 2008 @ 14:59:04

    assalamualaikum…
    stelah membaca blog tersebut alhamdulillah saya menjadi lebih tau dan lebih mengerti.yang saya tanyakan:bagaimana cara berpacaran yang benar menurut pandangan islam? apakah kita salah apabila kita mencintai seseorang dengan tulus apa adanya? dan bagaimana cara kita agar kita tidak bersedih apabila seseorang yang kita cintai itu meninggalkan kita ? dan satu lagi, bagaimana cara kita untuk mencintai seseorang itu karena ALLAH dengan sempurna ?
    trimakasih…wassalamualaikum.

    admin:
    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    alhamdulillahirabbil’alamiin..

    pertanyaan : “bagaimana cara berpacaran yang benar menurut pandangan islam?”. Apakah yang dimaksud dengan “berpacaran”? Apakah hal itu cara untuk menjemput jodoh, ataukah “pertunjukkan” kemesraan bagi mereka yang belum menikah dengan dalih “perkenalan”? Jika jawabannya adalah cara untuk menjemput jodoh, maka Islam menawarkan perkenalan (ta’aruf) yang syar’i. Pilihan teknisnya ada berbagai ragam, tetapi Islam hanya memberikan batasan bahwa perkenalan itu harus jauh dari perkara mendekati zina(tidak berdua2an, tidak bersentuhan, tidak saling mengumbar pandangan, dll), tujuannya jelas untuk mengarah kepada pernikahan, tidak berkhalwat, bersegera dalam pernikahan (tidak berlama-lama dalam perkenalan), dsbnya. Untuk lebih lengkap, antum dapat membaca langsung buku KW Ustadz Abu Syuqqah, atau Taman Orang yang Jatuh Cinta dan memendam Rindu, Syaikh Ibnul Qayyim Al Jauzy, penerbit Darul Falah, dan buku2 yang membahas tentang cinta dalam perspektif Islam yang benar lainnya. Atau..berpacaran yang benar menurut pandangan islam adalah hanya setelah menikah.

    pertanyaan : “apakah kita salah apabila kita mencintai seseorang dengan tulus apa adanya?”. Apakah “tulus” disini bermakna “ikhlas” atau karena Allah SWT? jika pengertian tulus disiini adalah karena Allah SWT, maka cinta seperti inilah yang mesti kita raih. Sebagaimana pesan Rasulullah SAW “Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya; orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke Neraka. (Mutafaq ‘alaih)”. Tetapi jika kemudian makna “tulus” itu diartikan bahwa hanya karena “cinta”, tidak peduli bahwa kemudian (katakanlah) si laki-laki tidak pernah memiliki ketegasan untuk menikahi si wanita dalam waktu dekat, pokoknya sudah kadung cinta, atau ‘yang penting jalanin ajah..’ maka “ketulusan” seperti ini bukanlah bentuk ketulusan karena Allah SWT, jangan ragu-ragu untuk meninggalkan “cinta” seperti ini.

    pertanyaan: “dan bagaimana cara kita agar kita tidak bersedih apabila seseorang yang kita cintai itu meninggalkan kita ?”. Kembalikanlah segala persoalan itu hanya kepada Allah SWT. Jangan membebani diri dengan pikiran-pikiran bahwa ketika seseorang yang dalam pandangan kita adalah orang yang kita “cintai” kemudian dia meninggalkan kita, maka hilanglah “cinta” kita selama-lamanya. Sesungguhnya, ketika kita mengalami episode hidup seperti itu, yakinlah bahwa hal ini adalah salah satu “pengajaran” langsung dari Allah SWT tentang makna cinta. Jike kemudian dengan Kehadiran “cinta” orang tersebut, menuntut berbagai bentuk “kemesraan” mulai dari bentuknya yang paling halus(rindu dan pandangan mata) sampai kepada sentuhan2 “terlarang”, yang sejatinya adalah perbuatan mendekati zina, sedangkan Allah SWT Yang Maha Penyayang memerintahkan kita untuk menjauhi zina, karena begitu kejinya perbuatan itu, maka “cinta” seperti ini tidak pantas kita pertahankan. Bukankah karena “cinta” kita kepada laki-laki itu telah membuat kita meninggalkan cinta kita kepada Allah SWT?, padahal Allah SWT Maha Pencemburu, Rasulullah SAW bersabda ” Tidak ada seorang pun yang lebih menyukai pujian daripada Allah maka oleh karena itulah Dia memuji Zat-Nya sendiri. Dan tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah maka karena itu Allah mengharamkan perbuatan keji. (Shahih Muslim No.4955)”. Jadi buat apa bersedih terhadap “cinta” laki-laki itu? justru kita harus bersedih jika kita meninggalkan cinta kita kepada Allah SWT, karena hanya Allah SWT lah yang akan menunjukkan cinta laki-laki yang benar dan tepat untuk kita.

    pertanyaan: “bagaimana cara kita untuk mencintai seseorang itu karena ALLAH dengan sempurna ?”.
    Sempurnakanlah cinta kita kepada Allah SWT, niscaya cinta kita kepada manusia akan sempurna. Dan semua itu adalah proses yang terus menerus serta akan penuh dengan ujian. Bersama-samalah dengan orang-orang shaleh, insyaAllah kita akan lebih kuat sampai ditempat tujuan (kampung akhirat).

    wallahu’alam.
    wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  6. soraya
    Mar 05, 2009 @ 14:06:12

    asslm. kak.. terimakasih banyak ya.. saya jadi paham, insyaAllah mau merubahnya, doakan agar istiqomah ya..
    makasih sekali lagi.. semoga Allah membalas kebaikan kk.

    Reply

  7. Bitok
    Apr 11, 2009 @ 01:12:47

    Assalamu’alaikum warrah matullah

    sya mw tnya. Gmna ch cranya agar kita lbh mncntai Allah dri pda mncintai pcr?? Spt coment2 d ats, bhwa bla qt ingn mncntai pcr krn 4jj. Mka qt hrs mncntai 4jj dngn smprna, krn bla qt mncntai 4jj dgn smprna, mka qt jga akn mncntai mnusia dngn smprna pla. Gmna ??

    Wasalamu’alaikum warrah matullah

    admin :
    ‘Alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh
    Pertama, perlu diluruskan bahwa Islam tidak mengenal istilah “pacaran” dan turunannya. Jadi tidak akan pernah ada pemikiran “mencintai pacar karena Allah”.
    Kedua, adapun jika yang dimaksudkan adalah orang yang dicintai(karena mencintai lawan jenis itu adalah fitrah), maka jika ingin mencintainya karena Allah, haruslah dipahami juga dengan tuntunan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Misalnya harus dimulai dengan niat/ motivasi yang benar..bukan sekedar nafsu antara perut dan lutut. Kemudian haruslah pula ditempuh dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan aturan Allah dan RasulNya. Bagaimana kemudian pemenuhan kita terhadap hak-hak Allah menjadi “ukuran” bahwa kita siap mencintai orang lain karena Allah. Artinya, “konsentrasi” kita mencintai orang lain karena Allah itu, adalah proses perbaikan diri sendiri, bukan terfokus kepada orang yang dicintai. Sehingga ketika mungkin hasil usaha kita tidak “sesuai” dengan apa yang kita harapkan, maka kemudian kita tidak berburuk sangka kepada Allah, tidak kecewa, dsbnya. Allahu’alam

    wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  8. anis septiani asla
    Apr 19, 2009 @ 22:34:15

    salam , akh/ukh .
    saya ingin bertanya ! saat ini saya sdng suka sm ssorang , ttpi sy msh bingung , dosakah kita mencintai dia ? karena kita tidak blh mncintai seseorang melebihi cinta kita kepada ALLAH SWT.

    Jazakumullah .

    Reply

  9. Ukhti G
    Jun 03, 2009 @ 00:11:37

    Assalamualaikum wr wb..
    Subhanallah, nice article..

    Saya ingin bertanya.
    Bagaimana kita meyakini bahwa seseorang itu adalah jodoh yang Allah tunjukan kepada kita? Karena ternyata, begitu kuat keyakinan yang saya rasakan bahwa dia adalah jodoh saya namun selalu ada saja ujian yang membuat kelegalan mencintai dan dicintai menjadi sulit diwujudkan (pernikahan).

    Dan bagaimana jika dikaitkan dengan hadits yang mengatakan: Biarpun bumi dan seluruh isinya berusaha untuk menyatukan dua insan, jika Allah tidak berkehendak maka mereka tidak akan bersatu. Dan biarpun bumi dan seluruh isinya bersatu untuk memisahkan dua insan, jika Allah berkehendak menyatukan mereka maka mereka akan bersatu juga.

    Contoh kasus yang saya alami:
    Saya meyakini seseorang itu yang akan mejadi jodoh saya, namun ternyata semua orang terdekat saya tidak ada yang setuju karena ikhwan tersebut belum siap menikah. Di lain sisi, mereka setuju jika yang saya pilih adalah ikhwan yang lain (yang telah siap menikah).

    Jazakallah khairan..

    admin: ‘alaykumussalam wr wb
    tanda-tanda cinta diantaranya adalah “pengorbanan”. Pada posisi ini, seharusnya si ikhwan telah memiliki sikap yang jelas, akan dibawa ‘kemana’ perasaan cinta yang sudah ada. Jika si ikhwan memang bersungguh2 mencintai mbak dengan segala kelurusan niat, maka setidaknya ada 2 sikap yang mbak bisa lihat, pertama, si ikhwan akan “bersegera” memampukan diri, mempersiapkan segala hal yang terkait dengan persiapan pernikahan, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya sambil menjaga intensitas pertemuan hanya untuk sesuatu yang berkaitan dengan pernikahan. Atau, jika ternyata kemampuan masih dirasa jauh dari kenyataan, si ikhwan kemudian tidak berusaha ‘memberikan’ harapan apapun kepada mbak, apakah dalam bentuk janji-janji dan sebagainya yang bisa ‘mengikat’ perasaan mbak hanya kepada si ikhwan, tetapi justru sebentuk pemahaman bahwa kalau jodoh itu adalah bagian dari rahasia Allah SWT. Kita sebagai hambaNya, hanya dituntut untuk menjemput jodoh itu sesuai dengan aturan Allah dan RasulNya. Kedua pilihan sikap diatas menunjukkan sebuah “pengorbanan”, “pengorbanan” yang ditujukan untuk sebuah niat yang lurus, pernikahan yang barokah dan diridhoi Allah SWT, insyaAllah balasan Allah sungguh indah.

    Disamping itu menikah bukanlah semata2 menyatukan 2 insan, tetapi sesungguhnya menyatukan 2 buah keluarga. Untuk itu masing2 keluarga dari tiap pasang harus dikondisikan untuk dapat memahami keinginan dan pilihan yang telah kita tetapkan, tanpa kemudian mengabaikan segala nasehat keluarga yang sampai kepada kita. Dan yang perlu diingat-ingat, bahwa segala nikmat dan karunia yang kita dapatkan selama ini, sejatinya adalah bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba2Nya, banyak2 bersyukur dan bersabar, insyaAllah akan membuat kita lebih fokus pada tujuan dan proses, dan menyerahkan ketetapan hasilnya dalam timbangan Allah SWT. Allahu’alam.

    wassalamu’alaykum wr wb

    Reply

  10. Dwi atika
    Dec 08, 2009 @ 16:06:28

    Assalamualaikum wr. Wb
    Saia ingn tanya,
    Mencintai seseorang karena Allah itu maksudnya yg bgaimana? Apakah karena akhlaknya yg baik dan ketakwaannya pada Allah? Mohon penjelasannya tentang cinta yg diridhai Allah SWT. Terima kasih. Kalau tidak repot, tlg bls juga ke email saia.
    Wasalam,

    admin : wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    Mencintai seseorang karena Allah SWT itu maksudnya mencintai seseorang dengan sesuai dengan dan tanpa melanggar apa2 yang telah Allah SWT dan RasulNya tetapkan. Tinggal bagaimana kemudian kita mempelajari hal2 apa saja yang dilarang oleh Allah SWT dan RasulNya dalam kaitannya dengan usaha kita menjemput jodoh yang sudah dijanjikan Allah SWT. InsyaAllah jika kemudian apa yang kita usahakan tersebut sudah sesuai dan tidak bertentangan dengan aturan Allah SWT dan RasulNya, itulah sebentuk cinta yang diridhoi Allah SWT. Allahu’alam.

    Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  11. paramita
    Dec 14, 2009 @ 09:30:25

    asalamualaikum…

    sy mw tny,sy bkn gds yg tw tentang agama,sy hny mndptkn pnddkn agama sdkt demi sdkt2,,sy punya pacar,dy slalu selingkuh dgn gadis yg ilmu agamnay lbh bgs dr sy,tp trnyt gds i2 g sebaik yg dy pikir,,bgmn sy menghadapi pcr sy yg slalu bhngin sy dgn gds yg depnya aja alim,,

    admin :
    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    Jawaban saya gampang.. “jangan pacaran”!, selesai kan?. Mita ga perlu merasa bahwa sudah diselingkuhi, Mita ga perlu merasa telah dibohongi, Mita ga perlu susah2 berfikir bagaimana menghadapi “saingan” Mita. Kenapa? karena banyak para wanita yang pacaran tidak menyadari bahwa pacar mereka itu bukan suami mereka. Tidak ada sedikitpun kepemilikan mereka terhadap pacar mereka yang dibenarkan oleh agama. Disamping itu, karena pacar itu bukan suami, jadi jelas tidak ada aturan yang mengatakan bahwa sang laki2 kemudian tidak boleh memiliki pacar lain, lain halnya jika hubungan itu telah disahkan dengan ijab Qobul. Sedangkan siapapun dia (apakah laki2 atau wanita) tentu mengharapkan calon yang terbaik untuk kemudian mereka nikahi. Itulah kenapa laki2 yang pacaran kebanyakan tidak berhenti untuk “mengenal dekat” teman wanita yang lain. Allahu’alam.

    Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  12. Hernowo
    Jan 29, 2010 @ 07:15:59

    aslkmww.

    skrng sy sdng mnjalin hbungn.
    sblm nya sy g ngin gni,hny ngin brteman tp sy khawatir dia akn jd dgn org ln ataupun pnh mnyukai org lain.
    shingga sy mngambil jlan ni n qt brencana mnikah dngannya sktr 4,5thn lg stlh dia lu2s & sy sdh brpenghasiln n tabungn yg ckup.
    sy g ngin hbungn qt mrendahkn dirinya d hadapanNya.
    mnrt anda bgaimna solusi yg baik n bnar?

    admin:
    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    Pertama, segala sesuatu yang terjadi didalam hidup kita haruslah dipahami dengan konteks keimanan. Bahwa segala sesuatunya telah ditentukan oleh Allah SWT, termasuk untuk urusan jodoh. Jika keyakinan akan hal ini sudah benar, maka akan berbuah sikap pengharapan hanya kepada Allah SWT bukan kepada makhluk. Dalam konteks jodoh, ketika Allah SWT men-takdirkan orang yang kita cintai menikah dengan orang lain, maka langsung menumbuhkan prasangka baik kepada Allah SWT bahwa Allah SWT sudah menyiapkan seseorang yang jauh lebih baik daripada orang yang kita cintai sebelumnya, yang terlebih penting bahwa cinta seseorang itu insyaAllah diridhoi oleh Allah SWT.

    Kedua, didalam Islam sebenarnya tidak ada batasan perkenalan harus berapa lama, hanya saja setiap kebaikan haruslah disegerakan, termasuk ketika berbicara tentang pernikahan. Ada 2 hikmah yang bisa kita ambil dari disegerakannya perbuatan baik itu yakni : dari sisi niat insyaAllah masih bersih, belum terkotori dengan motiv2 lain, sehingga kebahagian melakukan kebaikan itupun akan lebih terasa, dan insyaAllah manfaatnya pun akan segera meliputi hidup kita. dan hikmah yang lain adalah agar niat yang baik itu tidak terkotori sehingga mengotori amal atau melemahkan niat sehingga hilangnya keinginan untuk melakukan kebaikan itu. Artinya bisa dipastikan jika dalam kurun waktu “penantian” ini kemudian banyak hal-hal yang kecil dan besar yang terjadi dan bertentangan dengan aturan Allah SWT dan RasulNya, akan menyebabkan terkotorinya niat dan amaliah kita , melemahnya motivasi2 yang baik, hingga hilangnya keinginan untuk melakukan kebaikan tersebut.

    Saran saya : kembalikanlah setiap persoalan kepada yang menganugrahkan persoalan :)..yakni Allah SWT. Artinya disatu sisi hubungan yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat tentunya memiliki konsekuensi2 yang justru menyulitkan diri kita sendiri, padahal agama ini menghendaki kemudahan bagi umatnya. Allahu’alam.

    wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  13. alaufa
    Apr 23, 2010 @ 03:06:39

    Assalamualaikum wr. Wb

    subhanallah …
    hati saya semakin terlecut untuk selalu mencintai allah dan rasulnya

    salam akh/ukh,
    saya memiliki problematika percintaan di antara 2 perempuan,
    perempuan 1 : dia adalah perempuan yang sangat dekat dengan saya, sudah 2 tahun lebih kami menjalin hubungan dengan niat sebagai penyemangat satu sama lain dalam bidang ilmu dunia karna usia kami adalah seorang mahasiswa/i, saya adalah orang yang lebih di dengarnya dari pada kedua orang tuanya dalam hal pembinaan akhlak dan ketakwaan, jarak kami berjauhan, namun silaturrahim kami tidak pernah lepas melalui handphone, saya adalah orang yang selalu mengingatkan untuk terus saling meningkatkan keimanan dan ketakwaan kami berdua,dan kebiasaan saya yang selalu menjadi motivator itu ternyata membuatnya sangat mencintai saya, dan begitupun sebaliknya, namun kami selalu berusaha menjaga dan mengurangi hal-hal yang bersifat menuju pada zina . insya allah mudah – mudahan barokah (begitulah doa kami selalu) .
    perempuan 2:dia adalah teman yang sudah 5 tahun tidak bertemu, dia satu kota dengan saya namun dia menuntut ilmu di kota para pelajar nun jauh disana, kedekatan kami bermula pada saat dia putus dari pacarnya, dan dengan harapan yang tak dimintanya adalah sebuah jalan keluar dari permasalahannya, akhirnya saya memberi sedikit demi sedikit motivasi untuk bangkit, tanpa disadari hubungan kami lewat sms itu semakin akrab, dan bisa saya menyimpulkan bahwa dia sudah menyukai saya, belum ada sebulan pas kami dekat, ibunya di operasi karna suatu penyakit dan tepat pada saat itu juga dia mengalami kecelakaan dan menyebabkan patah tulang pada kakinya, entah kenapa hati saya terasa pedih mendengarnya, akhirnya sayalah yang menjadi motivatornya untuk membawanya bangkit dan terus beristirja atas apa yang menimpanya, akhirnya dia cuti dari kuliah dan pulang setelah ibunya sudah baikan dari operasi, sesampainya di rumah, cintanya semakin menjadi2 pada saya ketika saya menengoknya, ketika saya menjauh perlahan2 dan memberikan alasan bahwa cinta ini sudah menuju pada nafsunya dengan bahasa yang sangat lembut, tapi dia kemudian memberikan balasan bahwa saya telah menyakiti hatinya, cintanya yang terlalu menggebu-gebu itu kurasa sudah tidak lazim bagi saya, dia masih menghubungi saya lewat sms dengan kata2 merasa tersakiti dan penuh kebencian….

    adakah pandangan akh/ukh yang bisa membantu saya, saya sudah mencurahkan maslah ini pada orang terdekat saya, tapi dirasa masih belum bisa menguatkan hati saya, dan sudah saya adukan pada allah dengan penuh harap jalan keluar yang indah, mudah2n allah membukanya…

    Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    admin:
    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    Al Aufa yang dirahmati Allah SWT..

    Hubungan pertemanan dengan lawan jenis penuh resiko :). Untuk itulah kemudian Allah SWT melalui RasulNya menetapkan batasan-batasan agar resiko itu dapat diminimalisir, serta tetap dalam koridor semangat taqwa. Diantara intisari batasan-batasan pertemanan dengan lawan jenis itu adalah :

    – Berpakaian/ berdandan sesuai syar’i. Misalnya yang laki2 mengenakan pakaian yang tidak ketat, celana panjang, tidak berdandan menarik perhatian -seperti mengenakan dompet dengan rantai kapal :), tidak mengenakan parfum yang menohok hidung dsbnya :). Begitu juga yang wanita, mengenakan jilbab yang lebar, menutup bagian dada, tidak berlebihan dalam menggunakan ‘make-up’ wajah, tidak juga mengenakan pakaian yang ketat, mengenakan rok – plus celana panjang dibagian dalamnya, mengenakan kaos kaki agar juga ketika bagian bawah roknya tertiup angin, maka selamatlah -minimal- bagian tubuh yang mungkin terlihat dari mata laki2 yang tidak terjaga.

    – Bertemulah dengan sebuah keperluan yang benar-benar mengharuskan pertemuan, menundukkan pandangan, dan ditemani dengan muhrim dewasa. Misalkan, hendak meminjam buku, setelah buku diterima, bersegeralah sang laki2 untuk pulang. Jangan jadikan “pinjem buku” sebagai dalih untuk bertemu dan bercengkrama dengan sang wanita. Yang wanita pun harus mengingatkan “ada lagi selain pinjem buku? kalau tidak saya masuk dulu”. Jangan terlalu sering menatap wajah sang lawan jenis, apalagi menatap ke mata, karena khawatir disana ada sesuatu yang mesti dibersihkan :), intinya menatap sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan, jika sekedar mendengarkan penjelasan dari lawan jenis, tentu kita tidak perlu menatap matanya lekat-lekat, kecuali jika yang bersangkutan sedang menyerahkan sesuatu. Kalau ternyata sang lelaki memang berniat ada yang ingin didiskusikan, katakanlah terkait masalah dakwah dikampus, maka kehadiran muhrim dewasa ini, akan menjaga diskusi tetap berada direl-nya dan tidak melebar-lebar kemasalah lain :).

    – Jika mulai ada benih-benih rasa suka diantara keduanya, maka itulah saatnya bagi kalian berdua harus serius untuk lebih menjaga jarak. Kalaulah kemampuan menikah dalam waktu dekat pun sudah ada, dan sikap menjaga jarak harus dikedepankan, apalagi bagi mereka yang dirasa kemampuan menikahnya masih agak panjang(semacam mahasiswa..walaupun sebenarnya bukanlah sebuah penghalang jika azzam sudah ada didada 🙂 ). Karena iblis akan lebih bermain diwilayah ini, iblis akan mencari 1001 alasan untuk kita membenarkan interaksi dengan sang lawan jenis. Kita mungkin akan menyebutnya “tausiah harian”…-“sudah baca alma’tsurat pagi ini ukhti..?? alhamdulillah..jangan lupa ya, bagus itu untuk amalan tiap hari”- malamnya sms lagi “sudah tahajud ukhti..subhanallah..itu bagus untuk menjaga hati kita” dsbnya :). Kita menganggap apa yang kita lakukan ini benar, padahal subhanallah..niat kita bukan lagi karena Allah SWT, na’udzubillah.

    -dstnya

    Kembali kepada persoalan Al Aufa, rasa sukanya itu sendiri pada dasarnya bukanlah sebuah kesalahan yang bernilai dosa. Tetapi boleh jadi rasa suka yang muncul pada salah satu atau pada kedua lawan jenis itu akibat salahnya penyikapan dalam pertemanan, yang jika kemudian penyikapan terhadap rasa suka itu pun salah(semacam pacaran atau bahkan pacaran itu sendiri ) maka tentu saja hal ini akan bernilai dosa. Kalaulah kita ingin merujuk kepada batasan-batasan aturan pertemanan didalam Islam, dan membandingkannya dengan fakta/ realita pertemanan yang ada disekitar kita, maka biasanya kita akan mengatakan “ih..islam kok kaku banget sih.. ga gaol gicu loh” – lha emang gaol gitu donk 🙂 – tetapi justru yang ‘kaku’ itulah yang akan menyelematkan kita dan teman lawan jenis kita :). InsyaAllah kecil sekali kemungkinan akan terjadinya salah paham(rasa suka salah satu pihak dsbnya) terhadap perhatian yang kita berikan ke teman jika memperhatikan batasan-batasan yang sesuai syariat. Ditambah lagi rasa suka kepada lawan jenis itu membawa sebuah amanah besar dari langit, romantisme yang terjadi kepada kedua nya dalam level terendah sekalipun(saling merindukan) hanya akan bernilai pahala jika keduanya telah diikat oleh pernikahan, maka selain itu maka akan bernilai maksiat kepada Allah SWT.

    Selebihnya, coba Al Aufa bermuhasabah kembali, mengingat-ingat perhatian seperti apa yang sudah antum berikan kepada kedua sahabat wanita antum ini :), karena antum sendiri yang paling paham detail perhatiannya seperti apa. Hanya saja dari tulisan singkat antum, biasanya sang lelaki lah yang berlebihan dalam menebar pesona, memberikan perhatian -melalui curhat dsbnya-, kurang menjaga adab pembicaraan – terlalu banyak pembicaraan yang tidak sesuai kebutuhan, canda, dsbnya – dsbnya. Intinya, berteman boleh tetapi jangan berlebihan :). Allahu’alam.

    Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

    Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  14. agnia
    May 19, 2010 @ 14:42:51

    asssss,,,ust
    ust… ana siswi aliyah kelas 3. begini ust,,ada seorang ikhwan yang sudah lama mencintai ana. dan dia pernah mengatakan kalau dia akan melamar saya ketika saya lulus aliyah nanti…saya yaqin kalau dia adalah lelaki yang dapat bertanggungjawab pada keluarga saya dan di hadapan ALLAH kelak. tapi saya belum siap untuk menikah muda di lain sisi saya juga takut tidak bisa mendapatkan ikhwan seperti dia nanti. apa yang harus saya lakukan ust??????????karena ini juga rahasia tak ada seorang pun yang tahu maslah ini termasuk keluaga saya.
    mohon penjelsannya ust

    jazakallah

    admin:
    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    Bersabar :). Dalam artian bagi mereka yang sudah berkeinginan untuk menyegerakan berumahtangga, maka bersabar disini dalam konteks menyempurnakan diri baik dalam ilmu maupun dalam kemampuan. Ilmu tentang rumah tangga, tentang tanggungjawab menjadi seorang istri, sebagai benteng keluarga, dsbnya. Kalaulah muncul keragu2an untuk menikah muda karena merasa belum mampu dsbnya, biasanya itu bisikan dari iblis, maka kembalikanlah segala persoalan dan jalan keluarnya kepada Allah SWT, dan tetaplah bersabar, hingga Allah SWT memberikan kemampuan/ kemantapan hati untuk menikah.

    Jangan juga cinta kita kepada makhluk membutakan rasio kita dalam membuat pilihan. Selidikilah calon suami/pasangan dengan seksama, banyak-banyaklah mencari informasi pembanding baik dari keluarga, teman dekat, teman kerja dsbnya, agar tidak ada lagi penyesalan dilain waktu, dan laporkanlah setiap informasi yang kita terima itu kepada Allah SWT melalui sholat2 malam.

    Dan kalaulah masa penantian itu dirasa agak lama, maka hindarilah segala macam tipu rayu iblis yang akan berusaha bermain ditataran hati, agar kehormatan diri kita tidak tercerabut oleh tangan2 keji yang bernama “zina”. Allahu’alam.

    wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  15. soemanov
    Aug 08, 2010 @ 08:29:04

    Assalamualaikum wr. Wb

    Terimakasih sebelumnya saya ucapkan…. saya senang bisa mampir di blog ini… banyak sekali pelajaran yang bisa saya dapatkan disini… semoga apa yang saya dapat ini, bisa menambah keimanan saya kepada Sang Maha Pengasih, ALLAH SWT… Amin…

    Salam kenal dari saya (^_^)…

    Setiap manusia pasti punya masalahh, apa lagi dengan yang namanya CINTA… Cinta itu kalau di bahas nga akan ada habisnya ya… he he he…

    Saya punya masalah sedikit… tapi sebelum itu saya ingin bercerita sedikit pengalaman saya dengan yang namanya CINTA…

    Dulu saya nga tau apa itu cinta… kenapa semua orang menyukai cinta… banyak yang bahagia dengan cinta, dan ada juga yang sedih karena cinta… apa tujuan dari cinta… Perlahan saya mencari artinya, dan sampai sekarang juga… he he he… Tentunya dengan konteks tetap di jalan Allah SWT dan tidak menyimpang dari Ajaran Islam…

    Saya kenal dengan beberapa wanita, dan hubungan saya sebatas teman… banyak pelajaran yang saya dapat mbak… dan itu semua tentang Cinta… Ada yang bahagia, ada juga yang tersakiiti… ada yang berkorban demi cinta, hingga memebrikan semua yang ia miliki kepada orang yg ia cintai… Masyaallah… allah maha mengetahui…

    Dan hingga akhirnya ada seorang Ikhwan yang saya temui… sebelumnya saya belum pernah ketemu dengannya… saya kenal dia dari dunia maya.. Dia anak yang baik, dan juga shaleha… kami sering memberi support dan dukungan baik dalam hal dunia dan juga akhirat (ilmu agama)… banyak yang saya dapat dari dia, karena tentang agama dia banyak tau dari pada saya… Dan semua berawal dari sana mbak…

    Ada satu hal yang saya dapat darinya, yaitu bagaimana Mencintai seseorang karena Allah, seperti judul artikel di atas ini…

    Jujur mbak, saya bukan orang yang tau dengan agama, masih banyak yang kurang saya miliki, dan saya ingin berusaha menambah ilmu saya, untuk diri sendiri dan juga orang lain (tentunya untuk kaum muslimin)… semuanya demi menambah rasa Cinta saya kepada Allah STW…

    Nah, kembali kepertanyaan… Saya ingin bertanya mbak.

    1. Bagaimana cara menyikapi perasaan seseorang kepada kita yang mencintai kita, tentunya kita tidak ingin melukai perasaannya, dan kita ingin membalas kebaikan dan perhatiannya bukan karena kita cinta kepadanya melainkan rasa syukur kepada Allah…???

    2. Bagaimana jika ada seseorang wanita bertanya kepada kita tentang pacarnya, sementara kita kenal dengan sifat pacarnya (baik dan buruk). Kita ingin memberi tahu dia bahwa pacarnya itu nga baik tapi kita takut melukai perasaanya, dan menghancurkan hubungannya. Apa yang harus kita lakukan?

    Terimakasih ya mbak… Semoga kita selalu dalam lindungiNya… Amin

    Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

    admin :
    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    alhamdulillah.. salam kenal juga :).

    Pertama2 saya bukan mbak.. :D.. ok lanjut..
    menjawab pertanyaan soemanov yakni :

    1. “Bagaimana cara menyikapi perasaan seseorang kepada kita yang mencintai kita, tentunya kita tidak ingin melukai perasaannya, dan kita ingin membalas kebaikan dan perhatiannya bukan karena kita cinta kepadanya melainkan rasa syukur kepada Allah…???”
    Pertama, pelajari dulu aturan agama yang berbicara tentang batasan2 dalam interaksi kita dengan lawan jenis. Diantara tipsnya, berbicaralah hanya jika memang memiliki keperluan untuk itu(penting sekali untuk dibicarakan), berbicaralah menggunakan bahasa2 yang jelas dan tegas, berani untuk menghentikan pembicaraan jika sudah mulai dirasa agak melebar, tidak menerima curahan hati karena curahan hati dengan lawan jenis seringkali berimplikasi salah dalam menilai perasaan :), jika dirasa sudah mulai ada gelagat salah dalam menilai sikap kita(mulai muncul rasa suka sedangkan kita tidak) maka beranilah untuk mengambil jarak dan memberikan penjelasan kepadanya bahwa hal ini sudah mulai mengarah kepada perbuatan zina hati.

    2.” Bagaimana jika ada seseorang wanita bertanya kepada kita tentang pacarnya, sementara kita kenal dengan sifat pacarnya (baik dan buruk). Kita ingin memberi tahu dia bahwa pacarnya itu nga baik tapi kita takut melukai perasaanya, dan menghancurkan hubungannya. Apa yang harus kita lakukan?”
    Bisa dijawab seperti ini..pada intinya sebuah tujuan yang baik, haruslah juga dicapai dengan cara yang baik, dan sebenarnya pacaran bukanlah cara yang baik untuk mendapatkan hati orang yang disukai. Karena pacaran selalu dan selalu mendorong orang untuk menggunakan topeng didepan pasangannya agar ia terlihat sempurna, penuh perhatian, dsbnya padahal sejatinya apa yang ia tampilkan hanyalah kulit dari sesosok pribadi yang masih sangat misterius. Itulah kenapa tidak mengherankan, jika ada berita orang yang berpacaran 12 tahun setelah menikah tak sampai 6 bulan, mereka memutuskan untuk bercerai.

    Tetapi jika sang teman masih ingin bersikukuh berpacaran dengan seseorang yang menurut sepengetahuan kita bukanlah orang yang baik, maka sampaikanlah kebenaran itu apa adanya tanpa melebihkan dan mengurangi fakta yang ada.

    Intinya..bukan keburukan pacarnya itu yang kita sampaikan, tetapi pemahaman bahwa pacaran bukanlah cara yang baik untuk mendapatkan pasangan.

    Allahu’alam.
    wassalamu’alaykum warahmatulahi wabarakatuh

    Reply

  16. F Syawal
    Aug 10, 2010 @ 16:03:02

    Assalamu’alaikum wr.wb.

    saya ingin bertanya,, bisa tolong dijelaskan di berikan contoh kongkrit dikehidupan sehari2 dalam menjalin hubungan (mencintai lawan jenis) karna Allah dan bagaimana caranya agar qta dapat mencintai seseorg karna Allah,,khususnya dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis..

    terima kasih sebelumnya..

    wasalamu’alaikum wr.wb

    admin :

    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    Allah SWT berfirman “Katakanlah ‘Jika kamu mencintai Allah ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Al Imran :31).

    Mencintai seseorang karena Allah SWT hanya dapat dipahami ketika seseorang sudah berusaha meletakkan cintanya yang tertinggi hanya kepada Allah SWT, kemudian kepada Rasulullah SAW baru kemudian kepada sesama/ makhluk yang lainnya.

    Terkait dengan konteks ‘mencintai lawan jenis’ karna Allah SWT, sederhananya ia akan mencintai lawan jenis itu dengan cara-cara yang dibenarkan oleh Allah SWT dan RasulNya. Ia akan memulai niatnya dengan sebuah tujuan yang utuh, yakni membangun sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah bukan sekedar sebagai pemuasan nafsu sesaatnya. Kemudian ia akan mempelajari aturan2 syariat mengenai apa yang boleh dan apa yang mesti dihindari/ tidak boleh dalam kaitannya ketika ia berinteraksi dengan lawan jenis. Ia tidak akan sembarangan mengucapkan kata “aku cinta padamu” kepada orang yang belum Allah SWT halalkan untuknya melalui pernikahan. Ia akan menjaga proses perkenalannya kepada lawan jenis yang ia sukai tersebut agar jauh dari apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT dan RasulNya. Dan ketika ternyata kenyataan berkata lain misalkan cintanya bertepuk sebelah tangan, maka ia tidak larut dalam kekecewaan, bahkan ia segera bersyukur karena peristiwa itu akan menjadi jalan ia mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dibandingkan dgn saat ini, karena adalah janji Allah SWT bagi mereka yang bersabar, maka Allah SWT akan gantikan dengan kenikmatan yang berlipat ganda. Allahu’alam.

    wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  17. sergeant
    Aug 15, 2010 @ 13:14:36

    Assalamu’alaikum wr.wb.

    Sebelumnya saya mohon maaf, saya tidak tahu adminnya ternyata pria… he he he…

    Saya ingin bertanya, tapi kelihatannya pertanyaan dari sdr F Syawal said sudah mewakili dari pertanyaan saya…

    Tapi sedikit ada yang membuat saya bingung, dan saya tidak tahu jawabannya. Begini mas… Islam tidak pernah mengajarkan kita berpacaran untuk mencari pasangan hidup, tetapi Ta’aruf adalah jalan untuk menjeput jodoh itu… Saya ingin sekali mengetahui lebih dalam tentang ta’aruf, karena saya tidak ingin mempelajari setengah setengah. Mas bisa jelaskan sedikit tentang ta’aruf, hal yang boleh dan tidak boleh di lakukan dalam ta’aruf dan di mana saya bisa mempelajarinya, baik itu buku atau situs ttg ta’aruf… Mohon bantuannya…

    wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    admin :
    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    🙂

    Apa yang boleh sebenarnya lebih banyak dari yang tidak boleh :). Secara singkat dapat dilihat disini dan disini, dll. Cuma memang iblis ini licik, yang ga boleh itu (misal : pegangan tangan) dijadiin indah dalam pandangan kita, makanya banyak yang akhirnya tergelincir, yang celakanya berawal dari pegangan tangan jadi pegangan ke yang lain, na’udzubillah.

    Kalo mau buku juga banyak, yang bahasanya ringan kaya karya Akh Salim A Fillah, O.Sholihin dll, yang agak serius karya Ust. Muhammad Fauzhil Adzim(eg: kado pernikahan untuk istriku) dll banyak deh pokoknya :). Kalo website, search aja dengan key ta’aruf,ta’aruf islami dan sejenisnya.

    Yang penting belajar Islam-nya jangan setengah2..belajar mengenal Allah SWT dan RasulNya dengan benar, ibadah ritualnya dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah SAW dll, baru deh nanti ketika masuk kepada pembahasan mengenai ta’aruf, atau mu’amalah lainnya, dijamin ga bakalan mudah tergoda dengan pacaran, pacaran islami, dsjenisnya :).

    wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  18. Muh Iksan
    Sep 12, 2010 @ 23:42:50

    Assalamalaikum kk
    Kak sbelumnya sy memohon maaf jika ada kata2 yg sy tulis ini slah … ??
    Kak ku dulu pernah pacaran, tapi skrng udah putus ..!!
    Stelah putus kami yg dulunya shabat karib skrng dia malah gak mw bicara n ngomong ma sy ..???
    jujur kk Q syang ma dia kk sngat cinta tapi ku gak mw ngatain kepadax soalx ku takut nanti kembali pcaran ma dia n terjerumus dalam lautan dosa kk..

    Gmana yach kk cara ngadapinnya kk???
    Tolong yach kk … ^_^

    Wassalamualaikum wr.wb

    admin :

    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    back to Basic aja :). biasanya mereka yang udah kenal pacaran, prioritas dalam hidupnya jadi berantakan. Yang ga penting jadi penting..yang sangat penting jadi ga penting. Caranya gimana :

    1. kenali posisi kita saat ini. kita sebagai anak, sebagai pelajar, sebagai seorang muslim, sebagai seorang teman, dsbnya. Sebagai seorang anak, jadilah anak yang sholehah, yang patuh terhadap masukan dan nasehat dari orang tua, yang menjaga nama baik orang tua dsbnya. Sebagai seorang pelajar, belajar dengan baik dan jujur, belajar dengan sebuah tujuan besar(fokus pada cita2..misalnya ingin jadi dokter 🙂 ) bukan sekedar menyelesaikan PR, aktif dalam kegiatan ekstra sekolah dan sejenisnya. Sebagai seorang muslim, selalu menambah pengetahuan agama, beribadah dengan benar, berpakaian dengan benar(menutup aurat), menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis, dsbnya. Sebagai seorang teman, dapat mengenali dan memilah serta memilih mana teman yang memberikan manfaat dan mana yang tidak, memiliki keberanian untuk mengingatkan teman ketika salah -serta belajar menerima kritikan dari teman, dsbnya.

    2. niatkan karena Allah SWT. Coba renungi kembali setiap detik, setiap menit, semua hal yang ada didiri dan sekitar kita, kehadiran kita, anggota badan yang sempurna, kebahagian kita, teman2 yang baik, ortu yang sehat dan berkecupan dsbnya..semuanya adalah karunia dari Allah SWT. Ada masanya kita melakukan kesalahan, tetapi dengan segera kita menyadari kesalahan itu dan segera memperbaikinya, semua semata-mata bentuk cinta kita kepada Allah SWT. Teruslah jaga semangat itu, yang pada akhirnya semua hal baik dan buruk yang menghampiri kita, kita pahami sebagai bentuk ujian dari Allah SWT, yang jika itu baik dalam pandangan kita, maka kita syukuri dengan sewajarnya, dan jika itu buruk dalam pandangan kita, kita bersabar dan memohon Allah STW memberikan hikmah peristiwa itu kepada kita.

    3. Ingat!!, pacaran dan sejenisnya bukanlah sebuah anugrah tetapi sebuah musibah :). Banyak diantara kita yang menganggap bahwa memiliki pacar adalah sebuah anugrah, dan memandang yang tidak memiliki pacar dengan pandangan yang hina dina :). Padahal yang terjadi adalah, banyak hal yang dilakukan oleh mereka yang berpacaran adalah perbuatan yang mendekati zina, semacam saling berpandangan, saling merayu rindu, saling berdua2an, dst-dstnya yang kesemuanya tercatat sebagai maksiat dalam pandangan Allah SWT dan mengundang murkaNya. Bandingkan dengan mereka yang tidak berpacaran, yang justru terhindar dari hal-hal diatas. Lantas siapakah seharusnya yang merasa hina? :).

    4. Jadikanlah setiap pertemuan dan perpisahan itu karena Allah SWT. Jika karena putusnya pacaran dengan si dia menjadikan hubungan pertemanan yang dulu ada menjadi renggang, mudah2an ini menjadi awal yang baik agar kalian dapat menyadari kesalahan masing-masing. Mudah2an hal ini dapat menjadi pelajaran berharga dan motivasi bagi kalian agar lebih bersemangat dalam mempelajari dan mengamalkan bagaimana syariat mengatur hubungan diantara dua lawan jenis.

    wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  19. nf
    Jan 07, 2011 @ 14:27:32

    Assalammualaikum..
    maaf sebelumny, sya nimbrung dsini,,bnyak hal yg mo sya tanya kan, smoga admin bsa membantu,,
    Sya dlu pernah pacaran tp cma 2 bulan doank, stelah itu qta putus, dan stelah d omongin lgi qta mutusin utk ga pacaran krna takut akan hal negatif yg d sebabkan pcaran, Alhamdulillah qta cepat dsadarkan..tp jujur ja sya merasa kehilangan dy, wlaupun sya tau pacaran itu bnyak dosa, tp dsaat lemahny sya, sya jga sering keingat sma dy dan membayangkan dy, tp skrang2 sya berusaha utk mnyerahkan smuany pada Allah,,dan qta pun udah jrang bgt berkomunikasi

    Belum lama ini, sya tau klo cowo itu pun msih mnyimpan rasa buat sya, tp dy menjaga utk tetap ga mau pacaran, katany dy takut dosa, wktu itu pacaran krna kekhilafan dan sya pun msih mnyimpan rasa yg sama,,

    skrang yg sya mau tanyakan, akhir2 ni keinginan sya pngen nikah begitu besar, sya udah mulai mnyiapkan diri dgn mpelajari buku2 tentang pernikahan dan ortu pun udah nyuruh sya nikah, besar keinginan sya utk segera menikah, sya tkut dosa klo sering mnbyangkan org yg bukan muhrim sya n sya ingin bgt beribadah lg dlam sebuah kluarga..
    apa yg hrus sya lakukan?? kmarin ortu nanya sya punya tmen deket laki2 ga, trus sya jwab klo dlu prnah, ortu mlah nyuruh sya utk nanya k si cowo itu, apakah dy mau sgera menikah, tp sya ga brani, gmana sya ngomong ny??
    dan gimana dgn keinginan sya yg pngen menikah?? sya takut dosa mas, makany pngen cpat2 nikah, krn sya msih sering kbayang tentang s cowo itu,,skrang dsholat sya, sya berdoa smoga Allah mndekatkan jodoh sya n klo cowo itu terbaik mnurut Allah buat sya, smoga Allah mnjodohkan kmi,, apakah slah sya berdoa sperti itu..

    Jujur sya mnghendaki laki2 itu sbgai jodoh sya, krna yg sya liat skrang agamany bgus, sya sngat mengingin laki2 yg agamany bagus biar bsa mnuntun sya utk mkin dekat sma Allah, sya pngen laki2 yg sholeh krna sya bercita2 drmah sya nantiny slalu ada sholat berjamaah,,,

    Mohon penjelasanny y mas,,gmana sya hrus bertindak..
    terima kasih sbelumny..

    admin :

    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    Keinginan untuk segera menikah adalah fitrah yang suci. Dan pernikahan adalah termasuk juga ibadah yang besar, yang dengannya dapat menghalalkan apa yang sebelumnya haram diantara dua anak manusia yang saling mencintai.

    Bukanlah sesuatu yang hina bahkan sungguh mulia, jika dari pihak wanita meminta pihak laki2 untuk menikahi dirinya dikarenakan akhlak dan agamanya yang baik, serta bentuk upaya menyelamatkan diri dari perbuatan yang mendekati zina(atau zinanya itu sendiri). Jika laki2 itu sudah kita kenal sebelumnya, maka akan jauh lebih mudah untuk menanyakan perihal apakah sang laki2 pun memiliki keinginan untuk segera menikah. Kalau pun dirasa malu untuk menyampaikannya secara langsung, maka dapat meminta teman kita/ teman dia yang baik agamanya dan dapat menjaga rahasia, agar menanyakan perihal kesiapan menikah ini kepada sang laki2.

    Tetapi yang paling penting dari itu semua adalah penyerahan diri kita kepada takdir Allah SWT. Kalaulah ternyata jawaban sang laki2 tidak seperti yang kita inginkan, maka berbaiksangkalah kepada Allah SWT, yakinkanlah dalam diri bahwa inilah yang terbaik dari Allah SWT untuk diri kita saat ini. Sambil tetap bersabar, dan tetap istiqomah dijalanNya, lanjutkan proses menjemput jodoh ini dengan cara yang syar’i. InsyaAllah, sabar yang kita usahakan, akan berbuah manis pada waktunya, Allah SWT Maha Tahu akan hal itu, pasti kan datang seorang pendamping yang jauh lebih baik, dari yang pernah singgah dihati kita..aamiin. Allahu’alam.

    Reply

  20. ukhti..
    Jan 07, 2011 @ 17:23:25

    asslamualaikm..
    saya pernah melakukan kesalahn..dalam pacaran dahulu,hingga saya kehilangan hrta paling berharga wanita punya,,namun kini saya berusaha untuk bertaubat,saya beraharap untuk mendapatkan lelaki sholeh yang mencintai agama..apakah saya pantas mendapatkan itu semua?dan apa saya harus jujur tentang saya yang sebenarnya?kalau saya jujur,pasti tidak ada laki” sholeh yang mau menikahi saya..

    admin :

    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    Tidak ada seorang pun yang tidak pernah melakukan kesalahan. Seorang muslim/ah yang baik adalah ketika dia melakukan kesalahan maka ia segera memohon ampunan Allah SWT dan berusaha untuk tidak kembali lagi mengulangi kesalahan yang sama. Kesungguhannya itulah yang akan menghapus dosa apapun karena Allah SWT Maha Pengampun.

    Adalah janji Allah SWT, bagi wanita yang baik akan mendapatkan laki2 yang baik. Jika janji manusia kadang ada yang tidak terpenuhi, tetapi tidak dengan janji Allah SWT. Janji Allah SWT selalu terpenuhi!. Ini adalah kepastian yang tidak perlu diragukan lagi. Persoalannya adalah, apakah jodoh kita itu dipertemukan Allah SWT di dunia ataukah disyurga? karena ini adalah perkara “ghaib”, yang hanya Allah SWT saja Pemilik kunci segala yang “ghaib”, sehingga menjadi “misteri” bagi manusia.

    Hikmahnya adalah bahwa ini menjadi salah satu bentuk ujian keimanan kita kepada Allah SWT. Apakah kita benar-benar pantas mendapatkan pendamping yang sholeh/ah? Yang jawabannya itu akan kembali kepada seberapa besarkah usaha kita dalam mensholeh/ah-kan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat secara umum.

    Dan “apa saya harus jujur tentang saya yang sebenarnya?” oo iya. Kejujuran itu adalah bagian dari pondasi segala hal dan Kebohongan itu adalah perusak segala hal. Apakah mba siap jika ternyata sang (calon) suami, mengetahui kebenaran itu dari orang lain? Karena kabar aib (calon) pasangan yang diketahui dari orang lain akan jauh lebih menyakitkan rasanya, dibandingkan jika aib itu diketahui sendiri dari sang (calon) pasangan. Kalaulah karena sikap jujur kita, pada kenyataannya menjadikan laki2 “sholeh” itu pergi menjauh, maka ketahuilah, bahwa Allah SWT telah menyiapkan pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua yang boleh jadi dalam wujud yang lain(semacam kesehatan, nikmat dapat memberi manfaat kebanyak orang, dsbnya). Artinya, persoalan jodoh itu adalah persoalan yang pasti dan mudah bagi Allah SWT, jika tidak didunia yang fana ini, berarti diakhirat nanti :).

    Yakinkanlah hati mba, dalam setiap sujud malam yang mba lakukan, dalam setiap tetes air mata doa yang mba haturkan, bahwa Allah SWT hanya menginginkan yang terbaik bagi hamba-Nya, tanpa terkecuali.

    Persoalannya.. apakah kita juga menginginkan yang terbaik yang dapat kita persembahkan untuk Allah SWT?

    Reply

  21. ukhti...
    Feb 16, 2011 @ 13:14:55

    assalamualikum,,,
    terimakasih atas jawabannya,,sejauh ini beberapa kali lelaki hendak melamar saya,,namun saya menolaknya,,bagaimana jika dia tahu tentang saya??sedangkan saya tak sanggup untk berkata jujur tentang masa lalu saya..saya benar” tdk sanggup,,mreka hanya mellihat saya dengan busana akhwat saya,ketika saya mengingat masa lalu saya ,rasanya hati ini hancur sekali,,saya sudah melupakan semua kesalahan dan masa lalu saya,,hingga saya berniat untuk pergi dari kota ini,meninggalkan semuanya,,saya juga berharap jika memang tdk di dunia ini,mungkin kelak di akhirat nanti,,kadang saya mencintai seseorang namun itu hanya cinta sebelah tangan,,salah kah jika saya berniat untuk pergi dan mengasingkan diri???

    admin:

    wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh

    Dari penuturan ukhti..”beberapa kali lelaki hendak melamar saya,,namun saya menolaknya” saya anggap sebelum adanya perkenalan lebih jauh tentang pribadi masing2. Ukhti tidak menginginkan hal itu karena merasa tidak sanggup dengan kenyataan yang berbalik ketika ukhti jujur tentang masa lalu ukhti. Ditambah lagi, jika ukhti mengingat masa lalu, perasaan ukhti hancur sehancur-hancurnya.

    Masa lalu memang bukan untuk dilupakan, tetapi juga bukan untuk diingat2 yang kemudian membuat kita sedih tak berkesudahan. “Berdamai dengan masa lalu” mungkin bisa menjadi awal untuk ukhti membuka diri kembali. Berdamai dengan masa lalu dapat juga diartikan dengan memaafkan diri sendiri atas segala kesalahan yang sudah kita lakukan. Bahwa masa lalu sudah menjadi ketetapan (takdir) Allah SWT atas diri kita yang tidak mungkin dapat kita ubah. Tetapi masa lalu adalah bagian dari rahmat Allah SWT kepada kita, seburuk apapun masa lalu itu. Karena apa?? karena Allah SWT sangat mencintai hambaNya, maka Allah SWT mengujinya. Dengan fase itu kita semakin mengenal Allah SWT, dengan fase itu kita diajarkan tentang kebenaran firman2 Allah SWT. Allah SWT tidak sedang “memenjarakan” kita dengan berbagai aturan semisal yang mengatur interaksi laki2 dan wanita non muhrim, tetapi karena memang Allah SWT Maha Mengetahui kecenderungan2 hambaNya, dan agar hamba2Nya tidak tergelincir oleh godaan iblis yang terkutuk.

    Serahkan semuanya hanya kepada Allah SWT, yakinkan diri bahwa kesalahan masa lalu sebagai sarana untuk kita dinaikkan derajatnya. Bertobatlah dengan sebenar-benarnya tobat, berproseslah untuk mengarahkan segala potensi/ peluang masa depan/ kemungkinan2 yang baik atau buruk yang mungkin terjadi dimasa depan, sejatinya hanyalah berasal dari Allah SWT dan kepada Allah SWT lah kita kembali. Dengan inilah kita dapat berdamai dengan masa lalu. Masa lalu yang jika kita teringat, atau kita tertolak oleh manusia karena hal itu, tidak menjadikan diri kita bersedih hati..tetapi semakin menjadikan diri kita bersabar terhadap ketentuanNya.

    Jika kita sudah dapat berdamai dengan masa lalu, maka kejujuran bukanlah sesuatu yang perlu kita khawatirkan lagi. Hanya saja, kenalilah calon kita itu dengan lebih baik lagi, sebelum secara jujur menyatakan masa lalu kita. Mulai dari kriteria dan hal2 apa saja yang menurut sang ikhwan perlu ada atau jangan sampai ada dari seorang calon istri. Tanyakanlah pendapatnya jika kita, dimasa lalu pernah melakukan kesalahan besar semacam zina dan sdh menyadari kesalahan itu dengan taubatan nasuha, apakah ia bersedia menerimanya? jika jawabannya tidak siap, maka ta’aruf dapat dihentikan. Tapi kalau siap, bukankah itu dapat menentramkan hati..

    Proses ta’aruf bisa juga dengan memanfaatkan mediasi, agar perkenalan terlebih dahulu terjadi diantara mediator(tentunya yang paham agama), untuk saling tahu perihal masa lalu yg sensitif, manfaatnya agar jika ta’aruf tidak berlanjut, masing2 pihak yang ingin berta’aruf tidak terbuka aibnya, ditambah lagi agar masing2 mediator dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana kita menerima masa lalu calon pasangan, menerima kekurangannya, dan menyediakan ruang maaf yang luas jika dikemudian hari ada sedikit kesalahan yang dilakukannya. Karena pasangan kita berhak akan hal itu, karena kita juga bukanlah manusia2 yang terbebas dari kesalahan, dan terlebih2 karena Rabb kita adalah Rabb Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

    Terkait dengan mengasingkan diri, ini adalah pilihan hidup. Salah atau benarnya kembali kepada niat dan cara kita memandang pilihan tersebut. Boleh jadi salah jika niat terbesar kita karena merasa Allah SWT membenci diri kita, artinya cobalah untuk mengambil pelajaran dari peristiwa masa lalu itu, dengan mendahulukan prasangka-prasangka baik kita kepada Allah SWT. Terkadang jawaban akan pertanyaan2 “miris” kita terhadap kehendak Allah SWT itu baru kita pahami setelah beberapa waktu, atau setelah kita menemukan beberapa peristiwa, dsbnya. Yakinlah bahwa Allah SWT tidak pernah menzhalimi hamba-hambaNya, Allahu’alam.

    Reply

  22. ukhti...
    Feb 16, 2011 @ 20:55:15

    assalamualikum ,,
    syukron atas segala nasihatnya,,
    berdamai dengan masa lalu,,itu lah hal yg belum mampu saya lakukan,,saya sudah mengrti saran tentang ta’aruf itu semoga saya mampu ,,
    namun bagaimana jika ia menanyakan dengan siapa saya melakukannya???saya benci sekali dengan lelaki itu ,,yang telah meninggalkan saya begitu saja dengan wanita lain,,saya tidak sanggup mengingatnya,,
    ketika saya datang ke sebuah majlis tak jarang saya di tawari ta’aruf,namun lagi” itu hal yg paling berat untuk saya
    terkadang saya malu,banyak yg menanyakan agama kpd saya,dan menanyakan ttng kehidupan wanita sholeha mreka menjadikan saya sebgai cermin,padahal saya dulunya bukan lah wanita baik.tak jarang mereka memuji saya dengan jawaban dan solusi-solusi yang saya berikan,,apakah saya termasuk orang yg munafik??berdosa kah saya?
    mengenai ta’aruf apa saya harus jujur dgn moderator ta’aruf nya ttng masa lalu saya??

    Reply

  23. Hanifah
    Feb 17, 2011 @ 14:09:03

    Assalamualaikum….
    Thx infonya…^ ^ Semoga manfaat…
    Dikit curhat nih,…Aku punya kenalan cwok, pertama kali kenal tuh lewat chatting…trus berlanjut ke sms…
    Pembicaraan kami sehari2 normal layaknya temen…
    Dia laki2 yg baik (menurutku) krn dia amat menghormati wanita..
    Walaupun dia lebih banyak berbuat kebaikan pd manusia ketimbang pengabdiannya kepada Allah…
    Tapi justru karena itu dalam hatiku muncul perasaan untuk membantu dia dekat dengan Allah dan lebih mengenal ttg Islam…
    Dari dia aku banyak belajar untuk beramal sholeh, dan baginya ibadah..
    Namun pada akhirnya kita harus pisah karena suatu alasan…
    Tapi sampai sekarang masih ada perasaan itu dalam hatiku….
    Yang mau saya tanyakan adl benarkah niatku ini??
    Apakah cintaku benar2 murni dari Allah atau semata2 hanya nafsu belaka?

    admin :
    wa’alaykumussalam warahmatullah

    Mengenai niat benar atau tidak tentu hanya mbak dan Allah SWT yang tahu. Sediakan waktu untuk ber-muhasabah, menginstrospeksi diri, tanyakan pada diri dan jawablah dengan jujur, apa sesungguhnya yang menjadi motivasi kita untuk “berinteraksi” dengan cowok itu? karena kebaikannya yang selama ini terlihat, karena ketampanannya, karena pujiannya kepada kita, atau karena yang lain?
    Jika ditanyakan apakah cinta ini benar2 karena(bkn dari- ) Allah? maka jawabnya adalah sejauh mana kelurusan niat dan kesesuaian cara dalam menyikapi ketertarikan itu. Jika cara2 yang ditempuh selama ini lebih dekat kepada maksiat kepada Allah(hal2 yang mendekati zina), maka dapat dipastikan, cinta yang seperti itu bukanlah cinta karena Allah. Allahu’alam.

    wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

    Reply

  24. nf
    Feb 21, 2011 @ 13:10:42

    Assalammualaikum wr.wb..
    trima kasih atas sarannya..skrang sya mo nanya lgi, smoga admin brsedia memberikan saran2 kpda sya lgi…
    sya sudah brniat mo menanyakan perihal kesiapan cowo utk menikah, sya mnta tlong paman sya utk ngomong, tetapi smpai skrang blum jdi di omongin krna sya sempat ketemu djlan sma cowo itu n dia bilang kalo lg pusing krna lg ada mslah, makany sya pending utk ngomongin k dy,,,

    Tapi skarang msalahny sya dpat info klo cowo itu dekat sma wanita laen,,sya mkin ga brani utk ngomong k dy,,,tp skrang rasany perasaan nya hancur, sya sedih bngat tau tentang ini semua..
    sya berusaha utk tetap sbar, tp sya ttap merasa sedih, sya mhon saran2 dri admin…
    terima kasih sebelumny..
    wassalam

    Reply

  25. No Pacaran
    Mar 06, 2011 @ 13:13:31

    NO PACARAN

    Reply

  26. sri Mulyati
    Mar 20, 2011 @ 13:44:20

    subhanalloh…

    sya mau tanya…bgaimana caranya qt bsa mncintai seseorang krn Alloh…
    sblmya sya mcintai seorang itu hnya mngikuti kta hati…

    …mhon ptunjuknya …
    terima kasih sebelumnya

    Reply

  27. rischi
    May 04, 2011 @ 21:10:09

    assalamu’alaikum…akhi..wa ukhti…!
    afwan sebelumnya, bolehkah saya co-pas untuk sahabat yang lainnya biar bisa mereka pahami

    Reply

    • rischi
      May 04, 2011 @ 21:18:24

      assalamu’alaikum…akhi..wa ukhti…!
      afwan sebelumnya, bolehkah saya co-pas untuk sahabat yang lainnya biar bisa mereka pahami..karna ada di antara sahabat saya yang mengetahui tapi ragu untuk melepaskan status pacaran mereka, apalagi saya dulu sudah pernah terjerumus pacaran,
      tapi sekarang saya sedang mencari bagaimana mencintai sesungguhnya karena Allah SWT, yang bisa menjauhkan saya dari zina besar maupun kecil..
      saya ingin sekali untuk di bimbing…

      Reply

  28. Amy Rahmie
    Nov 01, 2011 @ 21:07:42

    asslamu”alaikum..
    mw nanya sekaligus curhat nich.. selama ini sy berdoa sm allah,semoga sy bisa brtemu dgn laki2 yang baik yang allah pilihkan untuk sy. dan alhamdulillah saat ini sy lg dekat ma seseorng.. alhamdulillah dy sayang sm sy, alhamdulillah jg dy bisa membimbing sy untuk slalu ingt ALLAH.. dy berharap sy bs mnjadi kekasihnya,tp smpai skarang sy tdak bisa mncintainya.. sy khawatir dy kecewa… ap yang harus sy lakukan????

    Reply

Leave a reply to sri Mulyati Cancel reply